Suku Dayak Di Kalimantan Tengah

Sejarah
Awalnya Kalimantan Tengah merupakan bagian dari Kalimantan Selatan.
Kalimantan Tengah sudah ada selama ratusan tahun.
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu awal di Indonesia yang kemudian memeluk Islam dan berpusat dari Brunei Darussalam.

Abad ke-17, Belanda dan Inggris mulai menjajah daerah ini. Belanda menggunakan taktik divide et ampera, yaitu politik memecah belah untuk kemudian menguasai Kalimantan.  Suku-suku yang tersebar saling waspada satu sama lain hingga akhir abad ke-19, ketika Tumbang Anoy mengadakan perjanjian perdamaian di Hulu Kahayan, Kalimantan Tengah. Akhirnya Kalimantan Tengah dinyatakan sebagai provinsi pada tanggal 23 Mei 1957.

Suku Bangsa Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Tengah terdiri atas Dayak Hulu dan Dayak Hilir, Dayak Hulu terdiri atas : Dayak Ot Danum, Dayak Siang, Dayak Murung, Dayak Taboyan, Dayak Lawangan, Dayak Dusun dan Dayak Maanyan. Sedangkan Dayak Hilir (Rumpun Ngaju) terdiri atas: Dayak Ngaju, Dayak Bakumpai, Dayak Katingan, dan Dayak Sampit. Suku Dayak yang dominan di Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju, suku asal Kalimantan lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan ¼ populasi Kalteng. Disamping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Gabungan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%.

Contoh Suku:

1. Suku Dayak Ngaju
Suku Dayak Ngaju (Biaju) adalah suku asli di Kalimantan Tengah. Suku Ngaju merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 18,02% dari penduduk Kalimantan Tengah, sebelumnya suku Ngaju tergabung ke dalam suku Dayak dalam sensus 1930.

2. suku  Dayak Siang
di Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah
Dalam kesusasteraan suku Dayak Kalimantan Tengah ,di mana  orang Dayak sangat percaya bahwa  suku-suku yang dikalimantan itu dicipta langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang dalam bahasa Sangiang orang Dayak yang masih mempertahankan keyakinan leluhurnya dengan ketat yaitu agama Kaharingan; dan sang pencipta itu di kenal dengan nama Ranying Hattala Langit Panganteran Bulan Raja Tuntung Matanandau (Raja dari segala Raja yang berkuasa atas Bulan dan Matahari) yang tinggal di lewu tatau habaras bulau habusung hintan(kampong kebahagiaan yang berlimpahkan emas permata ;kampong yang kekal tanpa ada penderitaan);Marko Mahin ;menyelami Kaharingan.

Dari manusia-manusia yang mendalami pulau Kalimantan saat ini ,di yakini  bahwa orang Dayak itu keturunan raja telu yaitu keturunan Maharaja Bunu,Maharaja Sangen dan MaharajaSangiang yang mana dalam penitisan langsung dari Tuhan Yang Maha Esa . asal-usul Suku Dayak, meskipun masih terlihat adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Akan tetapi, bagi penganut Agama Hindu Kaharingan yang dikemukakan oleh Riwut (1993; 2003), sesuai Tetek Tatum, orang Dayak berasal dari langit ketujuh yang diturunkan ke bumi dengan menggunakan Palangka Bulau oleh Ranying Hatalla langit di empat tempat, yaitu:

(1) di Tantan Puruk Pamatuan, yang terletak di hulu Sungai Kahayan dan Barito,
(2) di Tantan Liang Mangan Puruk Kaminting, yang terletak di sekitar Bukit  Raya,
(3) di Datah Tangkasing hulu Sungai Malahui, yang terletak di daerah Kalimantan Barat, dan
 (4) di Puruk Kambang Tanah Siang, yang terletak di hulu Sungai Barito.

Kata-kata Dayak “SIANG’ berasal dari sejarah yang berawal di Sungai Mantiat. Dihulusungai ini ada sebuah pohon yang dibri nama “SIANG” dan kayu ini kemudian tua rebah dan lapuk dan bekas tumbangnya pohon ini kemudian menjadi aliran sungai yang mengalir kesungai Mantiat Pari di desa Mantiat Pari sekarang. Orang yang hidup di Lowu Korong Pinang menggunakan air sungai yang berasal dari pohon siang ini,mereka ini kemudian di sebut Dayak Siang.Suku Dayak Siang ini kemudian berkembang membentuk beberapa perkampungan baru dan berpencar di beberapa tempat hingga sekarang ini.sedangkan kampong atau Lowu sejarah asal usul mereka adalah Lowu Tomolum  yang ada sampai sekarang atau desa Tambelum ,Desa ini ada jauh sebelum zaman Belanda  dan sebelum adanya Negara Republik Indonesia ini.

3. Suku Dayak Katingan
Suku dayak ini kebanyakan tinggal disepanjang sungai katingan atau mendawai, hulu sungai seranau, tualan, cempaga dan rungan manuhing. Kebanyakan masih beragama kaharingan, dan hanya sedikit yang beragama islam, katolik dan kristen protestan. Pada dasarnya terdapat perbedaan bahasa yang jauh antara suku Dayak Katingan dengan rumpun suku lainnya yang masih termasuk dalam rumpun Dayak Ngaju

Bahasa
Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah, bahasa daerah (lokal) terdapat pada 11 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang meliputi 9 bahasa dominan dan 13 bahasa minoritas, yaitu:

Bahasa dominan :
1. Bahasa Melayu
2. Bahasa Banjar
3. Bahasa Ngaju
4. Bahasa Manyan
5. Bahasa Ot Danum
6. Bahasa Katingan
7. Bahasa Bakumpai
8. Bahasa Tamuan
9. Bahasa Sampit

Bahasa kelompok minoritas :
1. Bahasa Mentaya
2. Bahasa Pembuang
3. Bahasa Dusun Kalahien
4. Bahasa Balai
5. Bahasa Bulik
6. Bahasa Mendawai
7. Bahasa Dusun Bayan
9. Bahasa Dusun Tawoyan
10. Bahasa Dusun Lawangan
11.Bahasa Dayak Barean
12. Bahasa Dayak Bara Injey
13. Bahasa Kadoreh
14. Bahasa Waringin
15. Bahasa Kuhin (bahasa daerah pedalaman Seruyan Hulu)

Transportasi
Dengan penerbangan domestik Garuda Indonesia yang terbang 3 kali sehari langsung ke Palangka Raya, ibu kota Kalimantan Tengah.

Masyarakat dan Budaya
Orang Melayu, Dayak, dan Bugis mendominasi daerah ini. Beberapa keturunan orang Dayak masih tinggal dan terisolasi di belantara hutan.
Sebutan umum suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju karena yang paling dominan. Suku lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan 24,20 % populasi. Di samping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Gabungan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%. Keturunan suku Dayak yang mendiami provinsi ini adalah orang Ngaju, Ot Danum dan Ma.
Bahasa daerah di Kalimantan Tengah terdiri dari puluhan, bahkan ratusan bahasa Dayak. Namun, dalam pergaulan sehari-hari, bahasa yang kerap digunakan adalah bahasa Dayak Ngaju, Dayak Maayan, Dayak Kapuas, bahasa Jawa, dan bahasa Banjar.
Suku Dayak dikenal dengan “Rumah Betang” sebuah rumah besar yang dihuni beberapa keluarga sekaligus secara turun-temurun. Karena itulah kekerabatan mereka sangat erat dan menjadi unsur dominan keberlangsungan kebudayaan unik ini.

Kuliner
Kuliner makanan Palangkaraya itu didominasi oleh masakan khas Banjar dan khas Dayak, selain ada juga olahan masakan khas Jawa. Menu khas Dayak yang terkenal yaitu umbut rotan dan daun singkong bersantan. Anda mungkin belum pernah mencoba makanan yang terbuat dari rotan. Anda tidak perlu  memiliki gigi yang kuat untuk mengunyah sesuatu yang biasanya digunakan untuk untuk membuat furniture. Rotan yang masih sangat muda dan lunak serta lapisan luarnya dibuang. Lalu bagian dalam rotan yang masih muda itu dimasak bersama sayuran lain. Rasanya agak kenyal dan pahit, dan sebaiknya dimakan dengan ikan. Di Palangka Raya Anda akan dimanjakan dengan kuliner berbahan ikan rawa seperti gabus, tauman, mihau, kihung, kerandang, sepat siam, patung, biawan, pepuyu, sepat, sisili, kapar, serta beberapa ikan yang pastinya tidak Anda dapatkan di tempat lain.

Kantor Pariwisata
Jl. Tjilik Riwut Km.5, Palangkaraya 73112
Telp. (0536) 3231110
Fax. (0536) 3231007

Sumber :

http://budayakalteng.blogspot.com/p/suku-dan-bahasa.html

http://www.indonesia.travel/id/discover-indonesia/region-detail/39/kalimantan-tengah

Tinggalkan komentar